PDIP: Pengembangan Wisata Jangan Tinggalkan Budaya - WartaEkonomi.co.id (Pendaftaran)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -

Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, pengembangan pariwisata dan kuliner jangan meninggalkan budaya yang ada di Indonesia.

"Jangan sampai pariwisata kehilangan maknanya karena meninggalkan budaya," kata Hasto saat membuka Rapat Koordinasi Bidang Pariwisata sekaligus seminar nasional dalam rangka mensinergikan pengembangan pariwisata dan kuliner Nusantara dengan program pemerintahan Presiden Joko Widodo, di DPP PDI Perjuangan, Jalan Dipinegoro, Jakarta Pusat, Sabtu (30/9/2017).

Ia mengatakan, bicara pariwisata dan kuliner Nusantara harus berangkat dari kecintaan yang berkobar-kobar kepada negeri.

"Tanpa itu pariwisata tidak akan berkembang sebagaimana kita harapkan," kata Hasto.

Hasto kemudian menceritakan bagaimana soal keindahan pariwisata yang dituangkan oleh Bung Karno dalam puisinya "Aku Melihat Indonesia" saat dalam masa pembuangan oleh kolonial ke Ende. Dalam puisi itu, Bung Karno menggambarkan bagaimana Indonesia yang begitu kaya dengan budayanya.

Hasto juga menceritakan bagaimana Bung Karno begitu mengagumi kekayaan kuliner Nusantara sehingga menulis buku yang diberi judul Mustika Rasa. Buku yang memuat ribuan aneka bahan dan resep makanan Nusantara.

"Bahkan dalam Konferensi Asia Afrika menu makanannya adalah kuliner Indonesia dengan citarasa yang luar biasa. Itulah bagaian dari upaya Bung Karno dalam mengenalkan wisata dan kuliner Indonesia," ungkap Hasto.

"Buku itu dibuat selama tujuh tahun yang isinya penjabaran atas kekayaan Indonesia. Dalam buku itu menampilkan bagaimana kekayaan Indonesia dari sisi budaya dan kulinernya," tambah Hasto.

Hasto mengatakan, hanya Indonesia sebuah negara yang begitu kaya dan dikaruniai seluruh bumbu berbagai resep makanan dan masakan. Demikian juga soal pariwisata, Indonesia dikaruniai begitu banyak keindahan alamnya.

"Bicara pariwisata dalam perspektif budaya sangat luas. Maka, mari kita gelorakan semangat berdikari dalam budaya kita, untuk pariwisata kita, untuk kuliner kita," tuturnya.

Untuk bisa mandiri misalkan, kata Hasto, makan jagung dan tiwul itu bukan cermin masyarakat miskin. Tetapi itu harus menggambarkan kekuatan budaya banga ini dari pada harus makan dari produk impor. Demikian juga soal pengembangan wisata yang harus tetap pada budaya dan kearifan lokal bangsa ini yang begitu beragam. (Ant)



http://ift.tt/2fFXQrh

Subscribe to receive free email updates: